Senin, 22 Agustus 2011

..............

Aku rendah bahkan di rendahkan . Seolah-olah aku tidak ada , aku di kucilkan . Kekurangan selalu menjadi tolak ukur pandangan orang-orang . Aku bingung dengan mereka , mereka di jalanan sana yang selalu bersyukur atas apa yang mereka dapat . Tapi tidak dengan aku , aku selalu merasa rendah bahkan hina di hadapan orang-orang yang memiliki nasib yang berbeda dengan aku , ya nasib yang mereka sombongkan . Merenung untuk itu , mungkin ini lah yang dinamakan garis takdir . Aku tidak bisa melawan takdir tapi setidaknya aku masih diberi kesempatan untuk berada di bumi ini . Dan ini kesempatan aku untuk berjuang demi jutaan sel yang aku kalahkan . Aku terus bertahan di sekumpulan orang-orang yang menegakan kepalanya sembari tertawa melihatku yang tertunduk malu . Lelah raga ini yang selalu bertahan , aku ingin pergi ke tempat yang bisa aku jadi kan tempat ku merenungkan segalanya dan mencoba bersyukur atas apa yang aku dapat . Tetesan air suci mulai membasahi wajahku dari pasangan mataku . Sekarang aku sadar , bahwa hidup ini sulit dan bersyukur akan mengurangi kesulitan itu .

Seperti itulah ..

Perjalanan itu memanglah sangat dan teramat pendek. Aku sendiri masih sanggup untuk menghitung nafas detik yang berhembus dalam angka matinya. Tapi kesingkatan itu yang membuat aku mengerti bagaimana seseorang yang diberi keterbatasan masih bisa berusaha. Bagaimana seseorang yang diberi kekurangan masih bisa bersyukur. Semua orang diatas mereka mungkin akang tersombong dengan perbedaan tingkat kebahagiaan. Tapi justru aku malu, aku termenung mengungkapkan rasa bersalahku pada semua karunia yang telah sia-sia. Aku iri dengan mereka, aku ingin seperti mereka, dan aku bangga dengan mereka. Aku selalu membayangkan teori seperti apa yang sebenarnya mereka pelajari. Apakah mereka mempelajari ilmu yang sama seperti aku? Tapi aku terfikir bahwa tidak adanya pembelajaran di tempat mereka. Dari sisi lain aku lelah memandang mereka, aku merasakan apa yang mereka rasakan walaupun aku tidak melakukan hal itu. Terlelah ketika aku harus akui bahwa mereka lebih mengerti seluk beluk kehidupan dibanding aku yang telah ditempatkan di tempat orang-orang yang kaya akan ilmu. Aku jenuh melihat itu, karena aku malu bukan karena jenuh tentang kesombongan yang mati akan mereka. untuk hari ini adalah pelajaran tentang makna kehidupan sesungguhnya. Perjalanan panjang dengan konsep seperti disaat aku menonton teater, yang aku sendiri tidak mengetahui hal apa dan bagaimana kejadian hitam putih itu akan terputar dan terangkum bersama langkahku dalam ceritanya.

Minggu, 21 Agustus 2011

Siapa dia ?

Dia yang datang, dia yang pergi. Dia yang ku harapan, dia yang menghapus angan. Pernah membuat titik bahagia untukku, pernah juga membuah garis sedih didalamnya. Bidadari namun seperti boneka hantu yang menakut-nakuti keindahannya. Satu, dua dan akhirnya jutaan tanya telah aku miliki di setiap bait sikapnya. Senyuman itu misterius, terkadang mendekat, terkadang menjauh. Sering ku pandang diam-diam, sering juga mencari-mencari. Tapi ada yang aku suka darinya, senyumannya itu mampu menyihir kaum adam yang melihatnya . Andai dunia sihir itu ada , layaknya film harry potter , mungkin tidak ada yang mampu menahan sihir senyumnya dan aku salah satu dari kaum adam yang terjerat sihirnya itu . Setiap detik yang ku punya , dia muncul dalam fikiranku seakan-akan aku terpenjara dalam sihirnya . Ku pandang diam-diam dan ku gila perlahan dan semakin lama ku pandang , semakin ku sadar bahwa mata ini tak pantas dan raga ini tak mungkin bersandar di sampingnya . Ku lihat lagi pesan text darinya , berharap itu terjadi lagi , setiap hari bahkan setiap saat . Tapi itu tidak mungkin , banyak hal penting yang mungkin harus dia kerjakan dari pada sekedar menerima pesan teks sampah dari ku . Ya , aku tidak berani memulai duluan . Mecoba mengabaikan , semakin sulit aku terlepas . Ahh , mengapa dia ada di dunia ini dan berada di satu lingkungan yang tidak mungkin aku hindari ? Dia lebih pantas di surga dan disandangkan bersama bidadari-bidadari di dalamnya . Namun sekarang semua itu seperti kuda yang terus dipecut yang entah akan berlari kemana dan aku mengikutinya . ya, sama halnya dengan sikapnya..berubah dan tak tentu arah.
dia bukanlah dia, karena dia adalah kamu .

Jumat, 05 Agustus 2011

Penyesalan

kesedihan dalam petikan rindu menghiasi jemari ini. suara indah yang kudengar hanyalah kata hati malaikat. walau sesering kali aku dengar lonceng dikraton itu berteriak. hanya saja tangan-tangan kecil itu masih belum cukup untuk menyentuhku, mendekap dan merangkul tubuhku ini. saat aku lelah, kubenamkan air mata dan kulabuhkan kirana-kirana hati yang mampu menghiburku. sama seperti dikala aku tersenyum, seakan sejuta wajah bisa kujawab dengan lembut dan sangat santai. andai aku malaikat, bisa menjadi cahaya suci yang menyinari hitam luntur warna bumi. tapi aku hanya manusia yang tak suci, merindukan lagi angan disetiap hangatnya kalbu. dan aku juga tak bersayap, takkan pernah bisa berjalan diudara. sedapatnya aku mencaci perasaan seseorang, sebisa aku melukai hati seseorang. membuatku diam, membuat harapanku menjadi semakin luntur dan memudar. aku bangun batinku, tapi aku sendiri yang meruntuhkan kuat khasnya lahirku. aku diturunkan dengan wajah bersinar, aku beranjak dari situ dan mulai mencoret-coret pengibaratan kertas putih itu, dan bahkan aku sendiri yang menggoresnya dengan pedang hingga terkoyakkan. ku terpejam, aku bermimpi. dan aku masih berharap aku bermimpi indah sebelum mata ini sudah benar-benar enggan untuk terbuka lagi. malaikat maut yang hadir dengan sayap putihnya, dia merebahkan keindahannya, merangkulku. dengan pelan dia mengangkatku untuk terbang keatas sana. tapi dia hanya sebuah mimpi indah sebelum aku mati, hanya perandaian yang aku miliki. terukir kisah sunyi dihidupku, tak terjawab jika kelak aku masih seperti ini. jika aku bisa berlari, aku akan berlari mengejar angan-angan dalam otak yang menjadi memoriku. teringat juga tersadar dengan langkah kaki yang semakin berat, berat memikul kesalahan dimasa lalu. sebagai peristiwa, aku mengerti hal apa yang harus aku terima. dan terkadang menjengkelkan bila keputus asaan menyapaku lagi. karena hari-hari yang sepi akan datang nanti. untukku dan untuk ribuan hari yang tertutup dalam angka satu detik. dan aku mengerti itu.